Di dunia yang takan pernah membaik sistemnya ini, manusia tak pernah silih berganti datang dan pergi. Dan kejujuran masih saja sebagai harga yang mahal untuk dibeli dengan kebaikan. Terlalu banyak sampah hidup yang berkeliaran. Bagai zombie, mereka menjangkiti manusia manusia lain agar serupa dengan mereka.

Orang baik bagai awan di langit atau bagai bola mata. Mereka selalu saja ''di antara''. Mereka tak pernah mendominan di pergulatan arus. Dan selalu saja kita jumpai mayat orang baik terkapar di selokan, dan orang lain yang menyerupai bentuknya keluar dari kebaikannya, orang yang mirip wajahnya dengan dia namun semua buah tangannya adalah kehitaman moral. Orang baik itu telah mati.

Di langit, laut, darat, mimpi, neraka, Semua sama saja!

Dan perlahan lahan, setiap harinya orang yang berantrian di depan pintu surga semakin sedikit. Sebaliknya di neraka, iblis dengan bahagia menghitung barisan manusianya sedangkan hari terakhir dunia semakin berada di horizon waktu.

Sebentar lagi, disaat detik berhenti bergerak, matahari lelah bersinar, hari tersedak. Skenario tentang nyawa ini akan diambil lagi oleh penulisnya, yang dilakukan sekarang, di tengah tengah manusia bertanduk ini, adalah.. Bertahan