Mungkin kita pernah sedikit tersadar, mengapa pola hidup hedonis tidak kunjung juga kita lepaskan meskipun kita tau bahwa itu tidak baik. Kita lebih memilih untuk berada dalam area kesenangan yag berlebih-lebihan meski itu memberi dampak buruk bagi diri. Terlalu seringnya kita berkomitmen pada diri sendiri untuk berhenti dari pola hidup ini namun Iblis lebih gigih dengan komitmennya untuk memanjakan hasrat mausia.

Iblis adalah mahluk yang paling konsisten dengan prinsipnya sejak dia diusir dari Surga sampai hari ini. Dia dengan optmisme dan kegigihan yang luar biasa telah menjerumuskan umat manusia jauh masuk ke gerbang menuju gerbang Neraka. Hedonis adalah salah satu cara dia membujuk, dan sekali kita masuk ke dalam peragkap jahat yang dia balut dengan manis itu, semakin sulit kita keluar. Akhirnya manusa hanya berputar di tempat yang sama, rantai Setan.

Mungkin beberapa orang pernah merasakannya atau bahkan sementara mengalaminya hari ini. Perhatikanlah pribadi diri, apakah kita cenderung ingin memuaskan diri yang pada hakekatnya tak akan pernah terpuaskan? Senantiasa mencari pemuas hasrat meski manusia itu tak akan pernah puas. Satu-satunya yang kita dapatkan adalah hampir mencapai kepuasan. Rasa penasaran menguntit hati kita ketika kita ingin mencapai kepuasan yang sama, demi memuaskan rasa penasaran itu manusia mau menukar moral mereka daengan duniawi yang fana. Ironisnya, kemudian yang diraih hanyalah hamper-mencapai-kepuasan  lagi yang malah lebih membesarkan rasa penasaran kita untuk mencapai itu. Pada akhirnya manusia terjebak dalam lingkaran rantai Setan yang tak akan pernah ada habis-habisnya. Manusia akan selamnya memakan umpan yang di taburi Iblis.

Dengan memupuk dendam dalam jiwa adalah salah satu langkah awal memulai rantai Setan. Dendam hanya akan melahirkan dendam yang baru. Sejarah telah mencatat bagaimana bangsa Yahudi memupuk  dendamnya sejak dia pertama kali diusir dari kaum Bani Israil yang lalu mewariskan dendam baru ke keturunannya hingga zaman ini. Darah akan diganti darah, nyawa akan diganti nyawa, uang akan diganti dengan uang yang lebih banyak. Naluri hewan manusia pun berkuasa di atas akal dan Iblis tertawa ria bergembira misinya telah tiga per empat jalan.

Manusia lalu mengalami apa yang dikatakan Aristoteles, “emanasi semakin melemah ketika jauh dari sumbernya”. Manusia sebagai mahluk Tuhan yang memiliki kewajiban terhadap sang pencipta mulai melupakan apa saja yang harus dilengkapi sebagai kewajiban sebab Iblis telah membangun satu dinding yang membuat kita lupa kepada siapa kita akan kembali nanti. Dan Tuhan sebagai sumber emanasi tak pernah melupakan umatnya satu pun, sehingga terkadang di dalam rantai setan yang diciptakan Iblis diselpikan beberapa petunjuk yang membantu kita mengingatkembali fitrah kita manusia.

Kunci utamanya adalah bagiaman kita bias menjaga diri ketika Iblis telah membuka perangkapnya. Bila ternyata kita terlanjur berada dalam lingkaran itu, sadarilah bahwa tiap senti dari rantai itu memiliki celah sebenarnya, dengan menyadari bahwa kepuasan yang diususng Iblis hanyalah fatamorgana dan kembali ke fitrah sebagai manusia yang memiliki hutang yang harus dilunasi pada Sang Maha Tunggal yang sesungguhnya merupakan tujuan hidup dunia.