Penanaman paham tentang seks
telah lama menjadi pembicaraan hangat yang tidak ada habis-habisnya karena
sering berbenturan dengan perkembangan zaman yang lalu menimbulkan pro
dan kontra. Karena saya melihat ukuran moral bangsa ini bergantung pada bibit-bibit
generasi muda sebagai generasi penerus cita-cita bangsa, maka saya menyatakan
bahwa education sex di usia dini perlu dilakukan.
Idealnya, pendidikan tentang
seks di usia dini harus dimulai sejak kelas 2 SMP karena pada masa itu
rata-rata laki-laki dan perempuan telah mengalami masa akil balik dan menandai
matangnya factor biologis manusia.
Pemikiran ini berangkat dari pendapat bahwasanya ketika seorang anak
mengalami proses akil balik, ia akan kebingungan dan terkaget-kaget dengan
perubahan fisik yang terjadi pada dirinya sehingga masuknya education sex pada
anak di tingkat pendidikan kelas 2 SMP ini akan menetralisir ketakutan anak.
Berkaca pada realita, yang
membuat saya semakin setuju pendidikan ini perlu ada sejak kelas 2 SMP karena tidak
sedikit kita mendapati banyak video porno dan kehamilan diluar nikah yang
terjadi pada masa ini. Ini tentunya menimbulkan keprihatinan terhadap masa
depan moral bangsa kita. Tidak siapnya anak pada masa ini untuk menghadapi
dunia perkawinan akibat hamil diluar nikah berdampak besar terhadap psikologis
anak meskipun secara biologis anak sudah bisa dikatakan matang tapi dalam
pembentukan mental belum utuh. Selain itu
dari segi pemikiran dan perasaan, anak pada masa ini terlalu hijau untuk
menggeluti lika-liku dunia perkawinan yang bahkan oleh orang dewasapun susah
untuk dijalani. Education sex berguna untuk membuka mata anak dan menciptakan
sikap protektif terhadap dunia sex.
Dalam perjalanannya , tak bisa
dipungkiri juga bahwa anak-anak pada usia ini adalah tahap dimana anak sedang
mengarungi masa pubertas. Pada masa ini rasa penasaran anak pada dunia mulai
berkembang besar. Ego yang bertumbuh subur ini terbentur dengan gaya social
yang telah dirombak oleh arus globalisasi. Konsekuensinya apabila anak tidak
merokok atau tidak pacaran maka dianggap tidak memiliki eksistensi dalam
wilayah social. Inilah yang harusnya kita tepis. Ketika anak mencoba merokok
dia telah membuka pntu masuk kea rah hal-hal negatif lain dari perilaku
menyimpang kecil ke perilaku menyimpang yang lebih besar. Begitupula dengan
dunia pacaran yang seharusnya tidak kita cicipi pada masa SMP. Rasa
keingintahuan anak yang besar dapat berpotensi hubungan pacaran itu melangkah
lebih jauh ke arah yang negative.
Fenomena ini tidak terlepas dari
peran media massa yang lebih mementingkan “penjualan” daripada konten yang
termuat dalam produk-produk mereka. Sebuah survey menunjukan bahwa sebagian
besar pengunjung situs porno merupakan remaja. Sngat memprihatinkan apabila
remaja sejak SMP tidak dibekali dengan sex education maka ditakutkan remaja
tidak akan siap ketika nantinya masuk ke dunia informasi.
Ini perlu diperhatikan oleh
pemerintah terutama dari dinas pendidikan dan dinas kesehatan yang perlu
mengadakan sosialisasi secara terus menerus terhadap penyimpangan-penyimpangan
yang umumnya terjadi pada masa remaja.
Pengawasan dan control terhadap
education sex tidak lepas sampai disitu, diperlukan juga covering dari orang
tua sebagai subjek lingkungan yang
paling dekat dengan anak agar terbentuk pola education sex yang berwujud eksternal dan internal social. Karena kesalahan yang sering terhadi adalah
meskipun anak mempelajari education sex di lingkungan luar, orang tua ternyata
tidak membangun komunikasi dalam hal ini.
Dengan adanya integrasi antara
peran orangtua sebagi keluarga dan lingkungan social terkecil bersama peran
pemerintah sebagai mediator pendidikan, maka akan terbangun benteng yang kuat
yang melindungi pengaruh negative baik dari luar ataupun dari dalam. Diharapkan
masa depan moral melalui education sex ini akan menjadi lebih baik, karena
generasi muda merupakan generasi penerus cita-cita bangsa dan Negara. Dipundak
merekalah Negara ini akan dibawa, maka mari besama-sama kita bentuk moral dan
mental mereka sejak dini.
0 Komentar