“Marx pun tertulari semangat melodramatic momen tersebut. Sepanjang musim dingin 1857-1858 ia duduk dikamar kerjanya sambil menyusun tulisan-tulisan ‘agar paling tidak garis besarnya sudah kubuat sebelum air bah tiba.’ Air bah ini tidak pernah ada, namun Marx terus membangun bahteranya, yakin bnahwa ini bakal dibutuhkan cepat atau lambat.”



Karl Marx mungkin akan terpaku apabila dibangkitkan darikematiannya hari ini dan menyaksikan bagaimana mahakaryanya yang tak sempat ia rampungkan mampu untuk mengubah pemikiran dunia. Das Kapital adalah salah satu masterpiece yang pengaruhnya melegenda lebih dari zaman dimana dia lahir. Bagaikan anak yang lahir dengan kondisi tidak utuh, tapi mampu untuk menghidupi kecacatannya. Itulah Das Kapital, sebuah kitab baru yang bergulat dengan arus pemikiran globalisasi di zaman post-modernisme ini yang karena kekuatan pencerahannya sehingga berani dijadikan kitab suci baru bagi separuh dunia dan bahkan dianggap sebagai pseudo-religion  bagi segelintir orang. Siapa sangka anak Yahudi yang pada kelahirannya sudah mengalami keterasingan di kota yang didominasi oleh penganut Kristen Katolik ini telah bergerilya dan dengan lantangnya memberanikan diri menelanjangi kapitalisme di kemudian hari

Kejayaan berfikir Karl Marxtidak dapat dipisahkan oleh seorang tokoh yang bersusah payah menopang karya-karyanya untuk rampung. Engels, sahabat dekat  Maex yang senantiasa menjajdi teman diskusi Marx pada tiap tema-tema fenomena sosial waktu itu. Bagikan simbiosis mutualisme, Marx yang memiliki kekayaann pengetahuan dipertemukan oleh takdir dengan Engels yang memiliki pengetahuan akan kekayaan. Tetapi meskipun Engels terlahir darikelas ekonomi ke atas, sejak sebelum ia jatuh cinta pada karya-karya Marx ia sudah terlebih dahulu menyadari kegelapan kapitalis sebelum jatuh terperosok ke dalamnya. Seakan berperan ganda, selain sebagai seorang sahabat, Engels terkadang terlihat seperti sesosok ibu yang tanpa lelah menasehati Marx yang kerapkali melupakan kesehatannya. Melalui suntikan finansial dari Engelslah kemudian pemikiran Marx mempunyai jalan untuk dinaskahkan.

Kendati Marx telah banyak menciptakan berbagai tulisan atas kritiknya pada dunia, Das Kapital yang merupakan kitab suci bagi separuh dunia itutidak dapat dirampungkan hingga dia wafat. Engelsadalah orang yang paling bersemangat ketika mendukung Marxmenyelesaikan karyanya itu. Tapi karakter perfeksionis yangmelekat pada Marx terpaksa membuat tulisannya lahir tanpa epilog. Bab yang murni ditulis oleh Marx pada Das Kapital adalah Bab 1 dan 2 sedangkan sisanya merupakan hasil kolaborasi fikiran dengan Engels dan disunting oleh sahabat-sahabat Marx. Marx yang mengawali karirnya melalui dunia sastra terlalu menakuti gaya bahasa yang digunakan dan melakukan berkali-kali pengeditan. Sebuah fakta yang kocak menurut saya pribadi, ketika Karl Marx dengan mudah dapat memutuskanhubungan dengan sahabat-sahabat dan asosiasi-asosiasi politiknya, dia bahkan tidak bisa merampungkan Das Kapital.

  Rasa takut pemertintah terhadap pedang pemikiran Marx membuat dia beberapa kali diusir dari negaranya. Marx yang hidup dalam kondisi kemiskinan dan kemelaratan akhirnya mendaratkan diri ke Inggirpada 27 Agustus 1849 dan tetap tinggal disana sampai wafatnya pada 1883. Disana dia menjalani hidup dengan kekurangan dalam keadaan sangat melarat dan disamping kemalaratan hidup yang dialami, tiap harinya dia menulis dan membaca di ruang kerjanya dari jam 9 pagi hingga 5 sore. Seorang intel Prusia pernah berhasil masuk ke apartemen Marx dan melaporakan pada atasannya di Berlin bahwa Marx “menjalani kehidupan intelektual bohemian sejati. Sekalipun dia tampak diam saja selama berhari-hari, ia bekerja siang dan malam dengan keuletan yang tak kenal lelah manakala ada banyak yang harus dikerjakannya. Tak ada jam tetap baginya untuk tidur dan bangun. Ia kerap begadang semalam suntuk, dan terbaring dengan pakaian lengkap di sofa saat tengah hari dan tidur hingga petang, tak hirau akan hiruk pikuk seisi dunia.”

Tahun 1847 sebuah komite yang didirikan Marx bersama Engels demi menjaga keberlangsungan surat-menyurat dengan kelompok sosialis Eropa Barat, telahmengubahdiri menjadi Cabang Liga Komunis dan mengundang Marx untuk menulis draft persyaratan prinsip prinsip liga. Yang ia berikan pada mereka adalah manifesto partai komunis yang barangkali merupakan pamflet yang paling sering dibaca sepanjang sejarah. Kalimat pembukaan manifesto ini (“Ada hantu bergentayangan di Eropa – hantu komunisme”) maupun kalimat pennutupnya yang sama-sama terkenal (“Biarkan kelas-kelas yang berkuasa gemetar menghadapirevolusi komunis.. KAUM BURUH SEDUNIA BERSATULAH.”) menegaaskan bahwa ini adalah suatu bentuk agitasi propaganda yang ditulis dengan kecerdasan tiada tara ketika pemberontakan sudah didepan mata.

Merasa sedang berada di tanduk optimisme ketika gerakan-gerakan komunis mulai mengancam eksistensi kapitalis yang bersembunyi di balik bendera Negara, dengan rasa percaya diri yang begitu tinggi Marx berkoar-koar melalui tulisannya seakan-akan sedang membacakan suatu pidato pemakaman kapitalis dan berpesta merayakan kelahiran kemerdekaan buruh yang nyatanya tak kunjung  tiba karena rakayasa sosial kaum borjuisi yang menghegemonikan kekuasaan. Meskipun Marx terlalu naïf untuk berbangga terlebih dahulu ketika komunis mendapatkan tempat dalam rasa taku kapitalis, karya-karyanya tak dapat dipungkir telah merubah perspektif umat manusia yang telah buta oleh realitas social. Dalam kata-kata John Georg Eranicus, sekutu Liga Komunis dan Asosiasi Pekerja Internasional: “Sang Nabi sendiri kini telah menerbitkan intisari dari segala kehidupan.”


Daftar Pustaka


Wheen, Francis. Marx’s Das Kapital: A Biography. London: Atlantic Books, 2006

Bertrand Russell, History of Western Philosophy: and its connection with Political and Social Circumstances from the Earliest Times to the Present Day. London: George Allen dan Unwin Ltd, 1946.

Pilliang, Yasraf A. Dunia Yang Dilipat. Jakarta: Jalasutra anggota IKAPI, 2004