BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan
dan kemajuan ilmu pengetahuan telah melaju secara pesat. Ilmu pengetahuan telah
membawa kita dari dunia kegelapan menuju dunia yang terang benderang. Lewat bimbingan ilmu pengetahuanlah kita
dibawa dari keragu-raguan menuju kepastian. Begitu banyak perubahan yang telah
digagas oleh pengetahuan. Sepuluh abad lalu kita tidak mengenal sama sekali
dengan namanya teleskop, gravitasi, nuklir dan lain-lain. Tapi tak terasa, dari
abad ke abad ilmu pengetahuan selalu memperbaiki dirinya sendiri.
Fenomena
tersebut tentu saja tidak akan terlepas dari peran ilmu alamiah dasar. Ilmu
alamiah (I.A) sering juga disebut Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan akhir-akhir
ini ada juga yang menyebutnya Ilmu Kealamian yang dalam bahasa Inggris disebut Natural Science disingkat Science dan dalam bahasa Indonesia sudah
lazim digunakan istilah Sains.
Ilmu
Alamiah merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala-gejala dalam alam
semesta, termasuk bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Ilmu Alamiah
Dasar (Basic Natural Science) hanya
mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang esensial saja.
Berkat
sumbangan Ilmu Alamiah Dasar akhirnya manusia berhasil membuka tabir misteri
yang tersembunyi di tiap sudut jagad raya. Selama berabad-abad lamanya alam
semesta beserta segala isinya yang seakan-akan tidak terbatas telah membuat
seluruh manusia menaruh tanda tanya akan kebesarannya. Dengan adanya disiplin
ilmu alamiah dasar manusia memiliki medium untuk menjawab tanda tanya besar
tersebut.
Terjadinya alam
semesta (kosmos) ini telah dipelajari oleh manusia sejak dahulu. Pada
permulaan, dipelajari berdasar legenda yang berkembang dari mitos. Menurut mitologi Babilonia (2000 SM),
penciptaan alam semesta disebut dengan peristiwa enums elish yaitu peperangan antara dua dewa yang bernama Marduk
(Matahari) dan Tiamat (Kehampaan). Tiamat akhirnya dikalahkan oleh Marduk.
Darah Marduk kemudian dijadikan bahan dasar bagi penciptaan dunia[1].
Seiring
berkembangnya waktu, mitos seperti itupun mulai memudar. Proses terjadinya alam
semesta (kosmos) ini kemudian dikembangkan oleh orang-orang Yunani kuno dan
disiplin ilmu ini kemudian menjadi Kosmogeni (ilmu yang mencoba memberi
keterangan tentang terjadinya kosmos). Perkembangan pesat dimulai pada abad
ke-17 dengan ditemukannya alat-alat teropong bintang dan lain-lain.
Pengamatan
terhadap fenomena alam semesta umumnya dilakukan oleh para astronom. Akan
tetapi sampai hari ini ternyata teknologi yang digunakan masih saja belum bisa
memuaskan rasa ingin tahu manusia. Bila kita melihat alam semesta dengan mata
telanjang akan banyak sekali bintang yang bisa kita lihat. Jika kita
menggunakan teropong binokular atau teleskop, jumlah yang kita lihat akan
semakin membanyak. Benarlah yang dikatakan oleh Sokrates, semakin banyak kita
mengetahui semakin kita merasa bodoh. Descrates mengatakan satu-satunya
kepastian yang kita dapatkan adalah kepastian bahwa tidak ada yang pasti.
Begitu pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang sains ini,
semakin banyak kita mengamati, semakin kita merasa tidak mengetahui apapun
tentang alam semesta dan semakin kita merasa bahwa tidak ada kepastian di dunia
ini. Kenyataan inilah yang mendorong manusia untuk selalu mencari jawaban atas
ketidakpastian yang dialaminya sebab manusia memiliki naluri ingin tahu yang
sangat besar (kuroisitas).
Pengertian alam semesta mencakup tentang
mikrokosmos dan makrokosmos. Mikrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai
ukuran yang sangat kecil, misalnya atom, elektron, sel, amuba dan sebagainya.
Sedang makrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangar besar,
misalnya bintang, planet dan galaksi.
Lantas kapan bumi ini terbentuk? Menurut agama Buddha, bumi telah
banyak kali hancur dan terbentuk kembali, siklus dari hancur, lalu terbentuk,
hingga hancur kembali disebut satu siklus dunia yang di Tipitaka disebut maha
kappa lamanya satu maha kappa digambarkan pada buku Sutta Pitaka.
Sedangkan menurut pendapat para ilmuwan jaman sekarang ini,
diperkirakan usia alam semesta yang kita huni sekarang ini kurang lebih empat
setengah milyar tahun, usia alam semesta ini cukup banyak berbeda dengan teori
genesis yang menganggap bahwa umur alam semesta diciptakan enam ribu tahun yang
lalu, akan tetapi tentu saja pendapat-pendapat tersebut masihlah sebatas
hipotesa.
Walaupun memang
benar kemajuan ilmu pengetahuan begitu pesat terutama dalam disiplin ilmu
alamiah dasar, tetapi secara historis, kemajuan ini pernah tersendat
dikarenakan kebijakan gereja yang memutlakkan penafsiran terhadap kitab suci
mereka. Seorang ilmuwan yang bernama Galileo Galilei berseberangan pendapat
dengan bible mengenai bumi. Gereja pada saat itu menafsirkan dalam teks bible
bahwa bumi itu datar[2]
dan bumi adalah pusat rotasi alam semesta. Galileo berpendapat lain, dia
berhipotesa bahwa bentuk dari bumi adalah bundar bukan datar dan bumi berotasi
terhadap matahari. Kemudian dikarenakan Galileo tidak bersepahaman dengan pihak
gereja, akhirnya dia diputuskan untuk dihukum mati. Ilmuwan lain yang bernasib
sama dengan Galileo ini adalah Brutus.
Contoh
sebelumnya bukanlah satu-satunya contoh yang menggambarkan bahwa kemajuan ilmu
pengetahuan pernah dihadang. Sokrates, seorang filsuf Yunani ternama juga
dikecam oleh pihak kerajaan Yunani dikarenakan pemikiran-pemikirannya telah
mengganggu para penganut Pagan di zamannya. Sokratespun disuruh memilih antara
mengehentikan ajarannya atau meminum racun. Seorang ilmuwan yang menyadari
bahwasanya kebenaran adalah jauh lebih indah dibanding kebohongan. Sokratespun
memillih meminum racun, dia memilih mati, namun kebenaran yang diyakininya
tetap hidup dan terus mempengaruhi manusia sampai hari ini.
Kedua persoalan
diatas, antara Sokrates dan Galileo memiliki kesamaan, kesamaan bahwa mereka
menentang doktrinisasi yang berkembang di wilayah keagamaan masing-masing
mereka tinggal. Lantas apakah itu artinya kebenaran agama dan kebenaran ilmu
pengetahuan itu tidak bisa bersatu? Ini yang kemudian akan saya jawab dalam
makalah ini.
Pada pembahasan kali ini kita akan
berbicara tentang sisi makrokosmos ini. Pengetahuan yang begitu terbatas
tentang ruang angkasa dan benda-benda langit yang ada di dalamnya tidak akan
pernah bisa menjawab pertanyaan yang diisyaratkan oleh alam semesta. Dengan
diperolehnya berbagai pesan dan beraneka ragam cahaya dari benda-benda langit
yang sampai dibumi timbullah beberapa teori yang mengungkapkan tentang terbentuknya
alam semesta dan awal mula kehidupan manusia serta kenyataan agama dan ilmu
pengetahuan tidak dapat dipisahkan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Proses
Terbentuknya Alam Semesta Berdasarkan Sains Modern?
2. Bagaimana Asal Usul
Kehidupan Manusia di Bumi?
3. Bagaimana Pandangan Islam
Terhadap Proses Terbentuknya Alam Semesta?
4. Bagaimanakah Pandangan Islam
Terhadap Asal Usul Kehidupan Manusia di Bumi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PROSES TERBENTUKNYA ALAM SEMESTA MENURUT SAINS MODERN
Pertanyaan
tentang awal mula alam semesta telah lama diperbincangkan. Sampai hari inipun
belum ada satupun teori penciptaan alam semesta yang dapat diterima secara
bulat oleh para ilmuwan dikarenakan keterbatasan akal manusia tidak bisa
menjangkau luasnya jagad raya. Sebab penginderaan, penemuan masalah, penyusunan
hipotesis, eksperimen, dan teori yang merupakan urutan langkah dan prosedur
ilmiah yang lazim, harus diakui belum bisa mengakomodir kebutuhan manusia untuk
bisa memahami dunia ini.
Berikut adalah
teori-teori tentang asal mula alam semesta.
1.
Teori
keadaan tetap (Steady-state theory)
Teori ini berdasarkan prinsip kosmologi
sempurna yang menyatakan bahwa alam semesta dimanapun dan bilamanapun selalu
sama. Berdasarkan prinsip tersebut alam semesta terjadi pada suatu saat
teretentu yang telah lalu dan segala sesuatu di alam semesta selalu tetap sama
walupun galaksi saling bergerak menjauhi satu sama lain. Teori ini ditunjang
oleh kenyataan bahwa galaksi baru mempunyai jumlah yang sebanding dengan
galaksi lama. Denga demikian teori ini beranggapan bahwa alam semesta itu tidak
terhingga besarnya dan tidak terhingga tuanya (tanpa awal dan tanpa akhir).
2.
Teori
dentuman besar (big-bang theoru)
Teori ini dikembangkan oleh George
Lematitre. Menurut teori ini, pada mulanya alam semesta berupa sebuah “primeval atom” yang berisi semua materi
dalam keadaan yang sangat padat. Suatu ketika, atom ini meledak dan seluruh
materinya terlempar ke ruang alam semesta. Sejak situ, dimulailah ekspansi yang
berlangsung ribuan juta tahun dan akan terus berlangsung jutaan tahun lagi.
Timbul dua gaya yang saling bertentangan, yang satu disebut gaya gravitasi, dan
lainnya dinamakan repulsi kosmis. Dari
kedua gaya tersebut, gaya kosmis lebih dominan sehingga alam semesta masih
terus akan ekspansi. Pada suatu saat nanti, ekspansi tersebut pasti akan
berakhir.
3. Teori
Nebular
Hipotesis ini dikemukakan pertama kali
oleh Laplace pada tahun 1796. Ia yakin bahwa sistem tata surya terbentuk dari
kondensasi awan panas atau kabut gas yang sangat panas. Pada proses kondensasi
tersebut ada sebagian yang terpisah dan merupakan cincin yang mengelilingi
pusat. Bagian yang mengelilingi pusat itu dengan cara yang sama berkondensasi
membentuk suatu formula yang serupa dengan terbentukya matahari tadi. Setelah
mendingin benda-benda ini akan menjadi
planet-planet seperti Bumi dengan benda-benda yang mengelilinginya berupa
sateliti atau bulan. Dapat dibayangkan bahwa berdasarkan teori ini, planet
Saturnus yang dikelilingi ileh cincin Saturnus itulah merupakan bakal
satelitnya. Salah satu keberatan dari hipotesis ini adalah ditemukannya dua
biah bulan pada Jupiter dan sebuah bulan diSaturnus yang berputar berlawanan
arah dengan rotasi planet-planet tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa satelit
tersebut bukan merupakan bagian dari planetnya sesuai dengan hipotesis Laplace.
4. Teori Planettesimal
Dikemukakan pertama kali oleh Chamberlin
dan Moulton.Hipotesis ini bertitik tolak dari pemikiran yang sama dengan teori
nebular yaitu bahwa sistem tata surya ini terbentuknya dari kabut gas yang
sangat besar yang berkondensasi. Perbedaannya adalah terletak pada asumsu bahwa
terbentuknya plante-planet itu tidak harus dari satu badan tetapi diasumsikan
ada bintang besar lain yang kebetulan sedang lewat dekat bintang dimana tata
surya kita merupakan bagiannya. Kabut gas dari bintang lain itu sebagaian
terpengaruh ileh daya tarik kita dengan setelah mendingin terbentuklah
benda-benda yang disebut planettesimal. Planettesimal merupakan benda-benda
kecil yang padat. Karena daya tarik menarik antar benda itu sendiri,
benda-benda kecil tersebut akan bergumpal menjadi besar dan menjadi panas. Hal
ini disebabkan oleh tekanan akibat akumulasi dari massanya. Teori ini daptat
menjawab pertanyaan mengapa ada satelit-satelit pada Jupiter maupun pada
Saturnus yang mempunyai orbit berlawanan dengan rotasi planet-planet itu.
5.
Teori
Tidal atau Teori Pasang Surut
Teori ini diungkapkan pertama kali oleh
James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1919. Menurut teori ini planet itu
merupakan percikan dari Matahari yaitu seperti percikan matahari yang sampai
kini masih nampak ada. Percikan tersebut disebut “tidal”. Tidal yang besar yang
kemudian akan menjadi planet itu disebabkan karena adanya dua buah matahari
yang bergerak saling mendekat. Peristiwa ini tentu arang sekali terjadi namun
bila ada dua buah bintang yang bergerak mendekat satu dengan yang lain maka
akan terbentuklah planet-planet baru seperti teori tersebut di atas.
6.
Teori
Bintang Kembar
Menurut teori ini, kemungkinan dahulu matahari
merupakan sepasang bintang kembar. Oleh karena sesuatu sebab, salah satu
bintang meledak dan oleh gaya tarik gravitasi bintang yang satunya (Matahari
yang sekarang), pecahan tersebut tetap berada di sekitar dan beredar
mengelilinginya.
7.
Teori
Creatio Continua
Teori ini dikemukakan oleh Fred Hoyle,
Bendi, dan Gold. Menurut teori cratio
continua atau continuous creation, saat
diciptakan, alam semesta ini tidak ada. Alam semesta ini selamanya ada dan akan
tetap ada, atau dengan kata lain alam semesta ini tidak pernah bermula dan
tidak akan berakhir. Pada setiap saat, ada partikel yang dilahirkan dan ada
yang lenyap. Partikel-partikel tersebut kemudian mengembun menjadi kabut-kabut
spiral dengan bintang-bintang dan jasad-jasad alam semesta. Karena partikel
yang dilahirkan lebih besar daripada yang lenyap, maka jumlah materi semakin
bertambah dan mengakibatkan pemuaian alam semesta. Pengembangan ini akan
mencapai titik batas kritik pada 10 miliar tahun lagi. Namun, dalam waktu 10
miliar tahun ini akan dihasilkan kabut-kabut baru. Menurut teori ini, 90%
materi alam semesta adalah hidrogen. Dari hidrogen ini akan terbentuk hedium
dan zat-zat lainnya.
8.
Teori G.P.
Kiper
Pada tahun 1950 G.P, Kuiper mengajukan
teori berdasarkan keadaan yang ditemui di luar tata surya dan menyarakan
penyempurnaan atas teori-teori yang telah dikemukakan yang mengandaikan bahwa
Matahari serta semua planet yang berasal dari gas purba yang ada di ruang
angkasa. Pada saat ini, terdapat banyak kabut gas dan diantara kabut terlihat
dalam proses melahirkan bintang.
9.
Teori
Ekspansi dan Kontraksi
Teori ini
berlandaskan pikiran bahwa ada suatu siklus dan alam semesta, yaitu “masa
ekspansi”dan “masa kontraksi” diduga bahwa siklus ini berlangsung
dalam waktu 30.000 juta tahun.
Usaha para
ilmuwan itu hanyalah sekadar menguji hipotesis. Setelah teruji, teori itu masih
mungkin diperbaiki dengan teori yang lebih akurat. Namun demikian teori-teori
tersebut di atas masih diyakini orang sampai sekarang.
B. ASAL USUL KEHIDUPAN MANUSIA DI BUMI
Sebelum abad ke-17, para ahli menganggap
bahwa mahluk hidup terjadinya dengan sendirinya dari mahluk hidup. Anggapan ini
disebut teori generatio spontanea atau abiogenesis. Pendapat ini begitu
ekstrim, misalnya kecebong berasal dari lumpur, ulat berasal dari bangkai, bahkan
dari gandum dapat langsung jadi tikus hanya dalam waktu satu malam.
Francesco Redi (1626-1697), ahli Biologi
dari Italia, dapat membuktikan bahwa ukat pada bangkai berasal dari telur
lalat, yang meletakkan telurnya dengan sengaja. Dari berbagai percobaan,
mendapatkan peristiwa yang serupa. Ia mengemukakan pendapat bahwa kehidupan
berasal dari telur atau comne vivum ex ovo.
Lazzaro Spallanzani (1729-1799) juga ahli
biologi dari Italia, dengan eksperimen terhadap kaldu membuktikan bahwa jasad
renik yang mencemari kaldu dapat membusukkan kaldu itu. Bila kaldu ditutup
rapat setelah mendidih, maka tak terjadi pembusuka. Ia mengambil kesimpulan,
bahwa untuk adanya telur harus ada jasad hidup, atau omne ovum ex vivum.
Louis Pasteur (1822-1895) sarjana Perancis,
melanjutkan teori Spallanzani, dengan eksperimen berbagai jasad renik. Ia
mendukungnya, meskipun banyak yang menentang. Kemudian menarik kesimulan bahwa
harus ada kehidupan sebelumnya agar tumbuh kehidupan baru atau omne vivum ex
vivum. Timbullah teori biogenesis, sedangkan teori abiogenesis rupa-rupanya
telah terkalahkan. Akan tetapi asal mula kehidpan masuih tetap jadi pikiran
para ilmuwan.
Sedemikian jauh hampir semua para ahli
biologi sependapat bahwa pemula kehidupan terjadi di bumi ini, tidak diluar
bumi. Mereka menemukan mahluk hidup bersel satu sebagai poemula kehidupan.
Kemudian terjadi evolusi organik menjadi oraganisme bersel banyak,
Porifera-Coe;emterata-Vermes-Echinodermata-Molusca Arthropoda- Veterbrata, dan
manusia paling akhir.
Teori asal muasal manusia tidak akan
terlepas dari teori-teori diatas. Barangkali penemuan yang paling sering
dijadikan referensi bagi para penganut evolusionisme adalah pemikiran seorang
Charles Darwin. Penemuan Darwin memberikan petunjuk bahwa manusia adalah keturunan
dari mahluk yang bukan manusia menimbulkan banyak reaksi yang pro dan kontra di
kalangan masyarakat ilmiah. Terlebih karena manusia mempunyai
persamaan-persamaan dengan kera, sedangkan persamaan-persamaan itu menunjukkan
adanya kekerabatan.
Pada tahun 1842, Darwin telah menyusun
kerangka teorinya dan esai setebal 250 halaman yang selesai tahun 1844,
kemudian baru diterbitkan bukunya berjudul The
Origin of Species dan On the Origin
of the Species by Means of Natural Selection tahun 1859 dan The Origin of Man tahun 1871 yang
kemudian terkenal dengan teori evolusi Darwin.
Berkaitan dengan asal-usul kehidupan,
berdasarkan pemikiran Darwin tentang seleksi alam dalam evolusi spesies,
prinsip-prinsip yang ditemukan Darwin yang dianggap dapat memberikan petunjuk
adanya evolusi itu antara lain sebagai berikut[3]:
1. Adanya
variasi antara individu-individu dalam satu keturunan, artinya tidak ada dua
individu yang mempunyai sifat yang persis sama benar bahkan kembar satu telur
sekalipun, tidak pernah ada dua individu yang persis sama baik sifat, bentuk,
kefaalan, warna kulit, berat badan dan kebiasaan-kebiasaan. Selalu ada
perbedaan, ini berarti suatu spesues dapat mempunyai beberapa variasi. Jika
beberapa varian jatuh dalam suatu lingkungan tertentu yang sangat berbeda.
Darwin telah mengetahuo bahwa pertumbuhan suatu variasi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, seoerti temperatur,
keadaan tanah, makanan dan lain-lain.
2. Adanya
pengaruh penyebaran geografis terhadap evolusi individu dari suatu spesies ke spesies
lainnya. Contohnya burung-burung yang ada di Kepulauan Galapgops yang berasal
dari daratan Amerika Selatan berbeda dengan burung-burung yang ada di Kepulauan
Cape Verde yang terletak sebelah barat Afrika, sedangkan binatang itu berasal
dari panti Afrika.
3. Ditemukannya
fosil-fosil di berbagai lapisan batuan bumi yang menunjukkan adanya perubahan
secara berangsur-angsur. Menurut Darwin, ditemukannya fosil-fosil di berbagai
lapisan batuan bumi menunjukkan adanya perubahan secara berangsur-angsue dari
suatu spesies berevolusi menjadi spesies baru. Fosil sebagai catatan sejarah
merupakan alasan utama untuk pembenaran tentang teori evolusinya.
4. Adanya
homologi antara organ sistem pada mahluk hidup merupakan petunjuk terjadinya
evolusi suatu spesies, yaitu hibingan kekerabatan struktur organ tubuh di
antara anggota-anggota veterbrata dengan
memperbandingkan anatomi lengan kelompok vertebrata.
5. Adanya
data sebagai hasil studi mengenai komperatif perkembangan embrio. Perbandingan
fase embrio pada berbagai hewan. Pada pembiakan yang dilakukan hewan yang
dimunculkan ileh biolog Ernest Haeckel dan ilmuwan lainnya yang mencetuskan
teori rekapitulasi[4]. Hal ini didasarinya bahwa perkembangan embrio
nenek moyang mereka di zaman purba karena embrio empat jenis hewan vertebrata[5],
mulai tingkat pembuahan, pertemuan sperma dengan telur, hasilnya adalah zigote
yang akan mengalami ptahapan-tahapan menuju embrio.
C.
PROSES
TERBENTUKNYA ALAM SEMESTA DARI PANDANGAN ISLAM
Permasalahan seperti yang dialami oleh
Sokrates, Galileo Galilei dan Brutus telah mempengaruhi tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap agama. Doktrinisasipun mulai dirobohkan dan manusia lebih
memilih untuk bebas dan memerdekakan pikirannya. Tak dapat dipungkiri,
kenyataan ini kemudian menggiring beberapa orang untuk memilih berpikir secara
filsafat mekanisme. Dengan begitu dapat menghanyutkan manusia ke paham
materialisme selanjutnya ke ateisme[6].
Pertentangan antara ilmu dan iman yang
umumnya terjadi di Barat sebenarnya terjadi karena keliru memahami pemikiran
Ibnu Rusyd (Averroes). Para pemikir Eropa saat itu mengakui bahwa terdapat
kebenaran ganda (double truth) yang
tidak dapat dipisahkan, yaitu kebenaran keimanan (agama) dan kebenaran
(falsafah). Ini menurut pembuktian ahli sejarah di Barat sendiri, merupakan kesalahpahaman
terhadap filsuf Muslim pembawa rasionalitas ke Eropa. Sebab sesungguhnya Ibnu
Rusyd tidaklah mengajarkan tentang dua kebenaran yang terpisah dan tidak dapat
didamaikan. Ia hanya mengajarkan seiring dengan pandangan yang umum dikalangan
para filsuf Muslim, bahwa kebenaran adalah tunggal adanya, namun kemampian
manusia memahaminya berbeda-beda setaraf dengan kapasitas inteleknya, yaitu
pemahaman rasional dan pemahaman retorik yang ada pada kaum awam, kemudian
kemudian menengahi antara keduanya ialah pemahaman dialketis pada kalangan para
teolog[7]
Kembali ke pembahasan mengenai ilmu
alamiah dalam konteks ini tentang penciptaan alam semesta, tidak dapat
dipisahkan dari petunjuk-petunjuk yang tertera dalam kitab suci al-Quran. Surat
Fushilat ayat 9-12 menyajikan proses pembuatan alam semesta oleh Allah:
1. (41:9)
Bumi di ciptakan dalam dua masa
2. (41:10)
Segala isi Bumi diciptakan total dalam empat masa
3. (41:11)
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya
menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab: “Kami
datang dengan suka hati.” Surat diatas jelas menunjukan bahwa kedudukan Bumi
dan Langit adalah sederajat, bumi bukan bagian dari langit. Bumi diciptakan
terlebih dahulu, diselesaikan baru kemudian Allah menyelesaikan Langit dan itu
dibuktikan di ayat selanjutnya
4. (41:12)
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada
tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Juga digambarkan
dalam Al Qur’an pada ayat berikut: “Dialah pencipta langit dan bumi.” (QS:
6:101). Keterangan yang diberikan Al Qur’an ini bersesuaian penuh dengan
penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat
ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu,
muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam
sekejap.
Peristiwa ini,
yang dikenal dengan “Big Bang“, membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15
milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari
ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang
merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai
asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.
Sebelum Big
Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana
materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan
secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru
saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al Qur’an
1.400 tahun lalu.
Sensor sangat
peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun 1992
berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan
bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi
fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan[8].
Teori Big Bang
ini berpijak pada suatu logika yang dipakai dalam memberi basis pengetahuan
dalam teologi, logika ini kita kenal denga logika sebab akibat atau logika
kausalitas. Logika kausalitas menampilkan suatu cara berpikir yang meletakkan
suatu hal terkait dengan yang lain dalam suatu relasi sebab akibat[9].
Dengan menggunakan logika kausalitas tadi, kita sepakat bahwa alam
semesta ini adalah akibat dari suatu sebab, dan sebab itu adalah akibat dari
sebab lain dan seterusnya sampai terdapat sebab awal (prima causa). Sebab awal inilah yang kita sebut Tuhan. Logika
kausalitas ini ternyata mempunyai kesamaan dengan teori Big Bang yang
menyatakan bahwa alam semesta tercipta karena ledakan yang terjadi dari suatu
titik nol. Sehingga bumi dan langit yang awalnya satu kemudian terpisahkan.
Fakta ini relevan dengan apa yang
tertlis dalam al-Quran; “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa
langit dan bumi dulu adalah satu, dan Kami pisahkan keduanya. Dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman ?[10]”.
Kutipan dari
Dr. Maurice Buchaile tentang ayat-ayat penciptaan
alam semesta di al-Quran: Berhadapan dengan ayat-ayat al-quran
tentang proses penciptaan alam semesta ada lima dasar yang menjadi
landasan Qur-an untuk menceritakan tentang penciptaan alam :
1.
Enam masa daripada penciptaan
langit-langit dan bumi, menurut Qur-an, meliputi terbentuknya benda-benda
samawi, terbentuknya bumi dan perkembangan bumi sehingga dapat dihuni manusia.
Untuk hal yang terakhir ini, Qur-an mengatakan, segala sesuatu terjadi dalam
empat waktu. Apakah empat waktu itu merupakan zaman-zaman geologi dalam Sains
modern, karena menurut Sains modern, manusia timbul pada zaman geologi ke
empat? Ini hanya suatu hipotesa; tetapi tak ada jawaban terhadap soal ini.
Tetapi perlu kita perhatikan bahwa untuk pembentukan benda-benda samawi dan
bumi sebagai yang diterangkan dalam ayat 9 sampai dengan 12, surat 4,
diperlukan dua tahap. Sains memberi tahu kepada kita bahwa jika kita mengambil
contoh (satu-satunya contoh yang sudah mungkin diketahui) daripada pembentukan
matahari dan embel-embelnya, yakni bumi, prosesnya melalui padatan (kondensasi)
nebula (kelompok gas) dan perpecahannya. Ini adalah yang dikatakan oleh Qur-an
secara jelas dengan proses yang mula-mula berupa asap samawi, kemudian menjadi
kumpulan gas, kemudian berpecah. Di sini kita dapatkan persatuan yang sempurna
antara penjelasan Qur-an dan penjelasan Sains.
2.
Sains telah menunjukkan simultanitas antara dua
kejadian pembentukan bintang (seperti matahari) dan pembentukan
satelit-satelitnya, atau salah satu satelitnya (seperti bumi). Bukankah
simultanitas ini telah nampak juga dalam teks Qur-an seperti yang telah kita
ketahui.
3.
Nampak persesuaian antara wujudnya asap pada
permulaan terciptanya kosmos, yaitu asap yang dipakai oleh Qur-an untuk
menunjukkan gas yang banyak dalam materi yang menjadi asal kosmos dan konsep
Sains modern tentang nebula primitive (kelompok gas asli).
4.
Kegandaan langit-langit yang diterangkan oleh
Qur-an dengan simbul angka 7 yang sudah kita fahami artinya telah dibenarkan
oleh Sains modern dalam pernyataan ahli-ahli astrofisika tentang sistem galaksi
dan jumlahnya yang amat besar. Di lain fihak wujudnya bumi-bumi yang mirip
dengan bumi kita dari beberapa aspek adalah suatu hal yang dapat kita fahami
daripada teks Qur-an, tetapi sampai sekarang Sains belum dapat membuktikannya.
Bagaimanapun keadaannya, para spesialis menganggap bahwa adanya bumi semacam
itu sangat mungkin.
5.
Adanya suatu penciptaan pertengahan antara
langit-langit dan bumi seperti yang dijelaskan Qur-an dapat dimengerti dengan
diketemukannya jembatan-jembatan materi yang terdapat di luar sistim astronomik
teratur.
Jika segala
soal yang ditimbulkan oleh ayat-ayat Qur-an sampai sekarang belum dapat
diterangkan secara menyeluruh oleh ilmu pengetahuan, sedikitnya tak terdapat
pertentangan antara ayat-ayat Qur-an dan pengetahuan modern tentang penciptaan
kosmos.
Ketika kita
bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita
pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh
menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20
melainkan pada abad 7 Masehi disaat dunia Barat sedang mengalami abad-abad
kegelapan (Dark Ages).
D. ASAL USUL KEHIDUPAN MANUSIA MENURUT
PANDANGAN ISLAM
Hadirnya teori
evolusi Darwin telah mengundang perdebatan sengit antara kaum agamawan dan kaum
ilmuwan yang pro terhadap pendapat Darwin. Darwin telah mencoba membantah
keabsahan Adam sebagai manusia pertama dengan mengatakan bahwa nenek moyang
manusia adalah kera.
Paham Darwinian
ini kemudian berkembang dan mulai mendapatkan banyak pengikut di dunia yang
pada umumnya adalah orang-orang dengan pemahaman retorik menurut Ibnu Rusyd
yaitu orang-orang awam. Padahal samapai hari ini teori yang dikeluarkan oleh
Charles Darwin tidak pernah dapat diterima secara empiris karena hanya
menggunakan metode-metode pendekatan yang belum memiliki kepastian valid. Sehingga
teori evolusi Darwin dapat dikategorikan sebagai sebuah fiksi ilmiah karena:
1.
Seleksi alam tidak terbukti sebagai alat
evolusi.
Seleksi yang bekerja dengan instrumen
alam seperti energi radiasi cahaya matahari, kilat/halilintar, udara, air,
tanah dan benda-benda alam lainnya di darat, udara dan di perairan, serta
faktor lingkungan seperti suhu, awan, kelembapan, curah hujan, radiasi
matahari, gas dan nutrisi (bahan makanan), ketinggian dan topografi tempat,
jenis tanah, perbedaan musim di bumi (garis lintang) sebagai pelaksana mutasi spontan hanya menyebabkan keragaman
(variasi) keturunan suatu jenis mahluk hidup
karena terjadi perubahan-perubahan kecil pada fenotif seperti warna,
ukuran, berat, tinggi dan bentuk organ tubuh yang d=terdiferensiasi dan
terspesialisasi. Sedangkan mutasi berat akan menimbulkan suatu organisme akan
rusak atau punah.
2.
Tidak ada fosil yang ditemukan sebagai bukti
adanya evolusi.
Sebab semua fosil yang ditemukan itu
tidak ada bentuk yang lengkap dan sempurna, misalnya berupa potongan-potongan
tulang, potongan gigi, bentuk tulang dan potongan tulang rahang atau tungkai,
dan puncak tengkorang kemudian direkayasa bentuknya dan dianggap sebagai bentuk
peralihan dari bentuk kera ke bentuk manusia. Selain itu, fosil-fosil yang ditemukan
masih dalam periode (umur bumi) yang sama, bukan menunjukkan evolusi bahkan
memperkuat penciptaan.
3.
Homolog, analog, dan rekapitulasi tidak terbukti
adanya evolusi.
Pernyataan Darwin dan pengikutnya tentang homolog, analog dan
rekapitulasi tidak dapat diterima akal, karena bukti-bukti yang diajukan tidak
bisa diuji kebenarannya, terutama bagaimana proses peribahan bentuk organ tubuh
suatu spesies berevolusi menjadi organ tubuh spesies lain, juga proses
transformasi sel embrio suatu organisme lain.
4.
Teori Darwin ditolak para ilmuwan dnia dan tidak
ilmiah.
Teori Darwin ditolak oleh para ilmuwan terkenal baik ilmuwan
kritis maupun ilmuwan evolusionis. Ini disebabkan karena Darwin tidak dapat
membuktikan teorinya secara ilmuiah (terutama pada pertanyaan kapan dan
bagaimana mekanisme evolusi itu
berlangsung tahap demi tahap dari sekian
banyak organisme di muka bumi ini) dan argumen yang dikemukakan hanya berupa
dugaan telah terbantah secara logis dan meyakinkan ileh para ilmuwan, sehingga
teori Darwin tidak diakui sebagai hasil karya ilmiah dan di luar bahasan ilmu
pengetahuan.
Maka dengan argumen diatas terjawablah bahwa teori evolusi
Darwin tidak bisa dikatakan empiris dan ilmiah. Karena salah satu kriteria dari
kebenaran adalah harus dapat dibuktikan. Dengan terjawabnya permasalahan teori
evolusi Darwin ini dapat disimpulka
bahwa secara otomatis teori ini gugur.
Disisi lain, ketika ilmu pengetahuan terutama sains dalam
konteks ini telah memberikan harapan bagi manusia untuk mengetahui hakikat
segala sesuatu. Ternyata harapan yang digantung oleh Charles Darwin ternyata
hanya fatamorgana saja. Sehingga konsepsi tentang awal mula penciptaan manusia
ini dijawab oleh agama Islam sebagai jawaban dari runtuhnya teori evolusi
Darwin.
Di dalam sebuah
Hadits Rasulullah saw bersabda : "Sesungguhnya manusia itu berasal dari
Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah". (HR. Bukhari). Pada dasarnya
segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan
berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak
menciptakan lawan jenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini
dijelaskan oleh Allah dalam salah satu firman-Nya : "Maha Suci Tuhan yang
telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan
oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui"
(QS. Yaasiin (36) : 36). Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah
dijelaskan di dalam surat An Nisaa’ ayat 1 yaitu : "Hai sekalian manusia,
bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan
dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan
laki-laki dan perempuan yang sangat banyak..." (QS. An Nisaa’ (4) :
1)
Apabila diamati proses kejadian manusia kedua ini,
maka secara tak langsung, didapati hubungan manusia laki-laki dan perempuan
melalui perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang
telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan
itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya.
Proses kejadian
manusia yang ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi
Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al
Hadits dapat pula ditinjau secara medis. Di dalam Al Qur’an, proses kejadian
manusia secara biologis dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya :
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun
(23) : 12-14). Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :
"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan.
Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya)
dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula
(empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat
puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat
untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat
(macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya)."
(HR. Bukhari-Muslim)
Ungkapan ilmiah
dari Al Qur’an dan Hadits 15 abad silam telah menjadi bahan penelitian bagi
para ahli biologi untuk memperdalam ilmu tentang organ-organ jasad manusia.
Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al Qur’an dengan "saripati berasal dari
tanah" sebagai substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-sari
makanan yang kita makan yang semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian
melalui proses metabolisme yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan
hormon (sperma), kemudian hasil dari pernikahan (hubungan seksual), maka
terjadilah pembauran antara sperma (lelaki) dan ovum (sel telur wanita) di
dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk manusia yang sempurna
(seperti dijelaskan dalam ayat diatas).
Para ahli dari
Barat baru menemukan masalah pertumbuhan embrio secara bertahap pada tahun 1940
dan baru dibuktikan pada tahun 1955, tetapi dalam Al Qur’an dan Hadits yang
diturunkan 15 abad lalu hal ini sudah tercantum. Ini sangat mengagumkan bagi
salah seorang embriolog terkemuka dari Amerika yaitu Prof. Dr. Keith Moore,
beliau mengatakan : "Saya takjub pada ketepatan ilmiyah pernyataan Al
Qur’an yang diturunkan pada abad ke-7 M itu". Selain itu beliau juga
mengatakan, "Dari ungkapan Al Qur’an dan hadits banyak mengilhami para
scientist (ilmuwan) sekarang untuk mengetahui perkembangan hidup manusia yang
diawali dengan sel tunggal (zygote) yang terbentuk ketika ovum (sel kelamin
betina) dibuahi oleh sperma (sel kelamin jantan). Kesemuanya itu belum
diketahui oleh Spalanzani sampai dengan eksperimennya pada abad ke-18, demikian
pula idea tentang perkembangan yang dihasilkan dari perencanaan genetik dari
kromosom zygote belum ditemukan sampai akhir abad ke-19. Tetapi jauh sebelumnya
Al Qur’an telah menegaskan dari nutfah Dia (Allah) menciptakannya dan kemudian
(hadits menjelaskan bahwa Allah) menentukan sifat-sifat dan nasibnya."
Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu genetika (janin) bahwa
selama embriyo berada di dalam kandungan ada tiga selubung yang menutupinya
yaitu dinding abdomen (perut) ibu, dinding uterus (rahim), dan lapisan tipis
amichirionic (kegelapan di dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan
dalam selaput yang menutup/membungkus anak dalam rahim). Hal ini ternyata
sangat cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al Qur’an :
"...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim)..." (QS. Az Zumar (39) : 6).
"...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim)..." (QS. Az Zumar (39) : 6).
BAB III
KESIMPULAN
·
Dikarenakan terlalu banyak teori dan perbedaan
pendapat tentang awal mula penciptaan manusia, maka seluruh teori awal alam
semesta masih berupa hipotesis.
·
Dalam perspektif Islam, teori asal mula alam
semesta yang paling relevan adalah teori peristiwa Big Bang sesuai dengan
prinsip logika kausalitas dan ketentuan yang tertulis dalam teks suci Al-Quran.
·
Kebenaran iman atau kebenaran agama tidak dapat
dipisahkan dengan kebenaran ilmu pengetahuan.
·
Charles Darwin hanya menyandarkan argumennya
pada prasangka dan tidak pernah bisa dibuktikan secara ilmiah, sehingga teori
evolusi Darwin dinyatakan gugur.
·
Manusia pertama diciptkan dari tanah oleh Allah
swt dan bukan berasal dari kera.
·
Secara ilmiah, kebenaran ayat suci Al-Quran
terbukti keabsahannya dengan melakukan penelitian-penelitian di bidang sains.
DAFTAR PUSTAKA
Jasin, Maskoeri. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008.
Chandra, Fabiam. Kosmologi: Studi Struktur dan Asal Mula Alam
Semesta. Jakarta: Narada
Mahathera, 1979.
Y. Rosman, H. Bambang, dan A. Choirul. Teori Darwin: Dalam Pandangan Sains dan
Islam. Jakarta: Kelompok Gema Insani, 2006.
Yahya, Harun. Runtuhnya Teori Darwin dalam 20 Pertanyaan. Surabaya: Risalah
Gusti, 2003.
Madjid, Nurcholis. Islam Agama Peradaban. Jakarta: PT Dian Rakyat
Al-Fayyadl, Muhammad. Teologi Negatif Ibn’Arabi. Yogyakarta: PT Printing Cemerlang, 2012
Armstrong, Karen. A Historu of God: The 4,000-Year Quest of Judaism, Christianity and
Islam. New York: Ballantine, 1993.
[2] bumi adalah datar menurut alkitab karena mempunyai 4 sudut. Sudut hanya
dipunyai oleh bentuk empat persegi panjang. Yesaya 11:12 :Ia akan
menaikkan suatu panji-panji bagi bangsa-bangsa, akan mengumpulkan orang-orang
Israel yang terbuang, dan akan menghimpunkan orang-orang Yehuda yang terserak dari
keempat penjuru bumi.
[3] Teori Darwin dalam pandangan sains dan Islam. Hal:
27-29
[4] Teori yang menyatakan bahwa ontogeni adalah
rekapitulasi dari filogeni.
[5] Dalam hal ini: ayam, reptil, babi dan manusia.
[6] Jasin Maskoeri, Ilmu
Alamiah Dasar, hlm, 22
[8] Tulisan
ini diambil dari karya Harun Yahya tentang Al-Quran dan astronomi. Sumber: HarunYahya.com
[9]
Al-Fayyadl Muhammad, Teologi Negatif, hlm
76.
[10] QS Al-Anbiyaa
:30
0 Komentar