ILUSI PBMR
Oleh: KPMIBM CABANG BANDUNG
Assalamualaikum wr.
Wb.
Salam tabi bo tanob
Segenap
masyarkat Bolaang Mongondow sudah terlalu letih untuk menunggu. Masyarakat
Bolaang Mongondow sudah kenyang dengan JANJI dan SUMPAH ! Kita tidak ingin
disuguhkan mimpi untuk mekar, kita ingin disajikan kenyataan pemekaran yang
sesungguhnya. Tapi kita terus menunggu dengan mental yang sudah tertatih-tatih,
sangat kelelahan. Padahal rakyat butuh kepastian, rakyat butuh transparansi
bukan apologi. Sedangkan wacana pemekaran PBMR masih tertahan-tahan,
sosialisasi proses PBMR mulai tenggelam, dan kami tidak mau mimpi rakyat
tinggal mimpi. Jangan-jangan wacana pemekaran PBMR hanyalah ILUSI kepentingan
elit politik semata.
Setelah
sebelumnya pembahasan PBMR sebagai salah satu DOB telah masuk dalam agenda
pembahasan DPR-RI, terjadi deadlock, yang
menyebabkan penundaan pembahasan. Agenda tersebut kemudian harus dibahas pada
DPR periode 2014-2019. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengingat Indonesia
sedang mengalami masa transisi di era pemerintahan Jokowi. Kekhawatiran ini
muncul dari statement Jokowi pada
debat kandidat pertama beberapa bulan lalu, beliau mengatakan bahwa pemekaran
hanyalah upaya pemborosan yang tidak perlu, bahkan dia mengatakan, untuk
beberapa daerah-daerah otonom akan digabungkan kembali. Ada indikasi bahwa
pemekaran daerah baru nanti akan dihalang-halangi.
Sayangnya
kekhawatiran kami sebagai mahasiswa yang peduli daerah tidak berkesesuaian
dengan sikap pemerintahan daerah yang belakangan ini mulai menunjukan sikap
tidak peduli. Kenapa kepedulian mereka ramai hanya ketika proses PILEG dan
PILWAKO? Ah.. Jangan-jangan kita dibohongi, dan wacana PBMR hanyalah “uang”
untuk membeli suara-suara rakyat dalam pesta pemilihan. PBMR adalah gagasan
utopis yang menyandera harapan serta cita-cita kita semua. Tapi jikalau memang
itu hanya surga telinga saja, jika memang benar elit politik hanya ingin
mewacanakan saja tanpa proses serta usaha, jika memang benar begitu, maka
mahasiswa sebagai agen intelektual, agen moral, rausyan fikr, harus berinisiasi mendorong cita-cita Abstrack itu
tercapai.
Maka
dari itu, kami selaku putra daerah yang tergabung dalam KPMIBM BANDUNG
melaksanakan agenda aksi, dengan tema: “1000 FOTO SELFIE & 1000 TANDA
TANGAN DEMI REALISASI PBMR”. Di dalam prosesnya, kami mencoba mensosialisasikan
Bolaang Mongondow pada warga kota Bandung sebelum meminta foto selfie dan tanda
tangan masing-masing mereka. Agenda ini juga dilaksanakan secara teatrikal,
dimana salah satu dari kami berperan sebagai pocong, sebagai simbol bahwa
SAMPAI KAMI JADI POCONGPUN KAMI TETAP MENDESAK REALISASI PBMR. Setelah itu,
1000 foto selfie yang kami kumpulkan akan kami rangkai dalam satu spanduk yang
nantinya akan dikirmkan ke pemerintah daerah sebagai bentuk protes atas
tenggelamnya sosialisasi perkembangan PBMR.
Pemerintah
Daerah adalah ekspresi daripada kehendak rakyat. PBMR adalah kehendak rakyat.
Upaya memanfaatkan wacana PBMR demi kepentingan politik para elit birokratis
merupakan sebuah PENGHIANATAN PADA RAKYAT.
Salam
Mototompiaan, Mototabian bo Mototanoban.
0 Komentar