*Picasso Imitated Las Meninas
Apakah Anda merasa bahwa
diri Anda diciptakan untuk suatu tujuan agung tertentu? Bahwa ketika lahir,
misi hidup Anda telah dituliskan untuk mengatasi sesuatu yang mahabesar dan tak
tertandingi derajatnya. Apakah Anda merasa bahwa Anda memiliki peran penting
dalam sebuah episode dari serangkaian panjang sejarah peradaban umat manusia?
Apakah Anda mengira istimewa dengan suatu cara atau perspektif yang entah
bagaimana?
Saya akan jujur pada Anda.
Bahwa dunia ini tetap akan berotasi, meskipun bukan Anda porosnya. Jangan
terlalu mengira diri Anda istimewa.
Anda mungkin merasa diri
Anda istimewa, setidaknya dalam lingkungan pergaulan Anda yang sempit, kecil,
dan terbatas. Sesungguhnya keistimewaan Anda itu tidak lebih dari ukuran atom
bila dilihat dari mikroskop raksasa. Anda hanya sebutir zarah bila dilihat dari
peta, atau dari globe, atau dari denah jagad raya. Anda bukan siapa-siapa.
Keistimewaan, bagi Mark
Manson adalah sebuah tirani yang kerap menguasai pikiran kita dengan tangan
besi. Setiap orang setidaknya menganggap bahwa ada suatu konsep yang istimewa
yang eksis di alam semesta ini. Mungkin kita menganggap marga kita istimewa,
atau agama kita, atau ideologi kita, atau daerah kita, atau negara kita, atau
orangtua kita, atau anak kita, atau ras kita, atau suku kita….
Nyatanya tidak ada yang
istimewa. Sesungguhnya cara berpikir yang mengistimewakan sesuatu adalah cara
yang sama dengan umat-umat pagan terdahulu memahat berhala-berhala mereka. Acap
kali kita mengatribusi keistimewaan pada identitas tertentu, semakin delusi itu
menjadi tuhan, yang berlaku tiranik dalam alam sadar dan bahkan alam bawah
sadar kita. Semakin muncul titik buta hitam gelap yang menutupi kewarasan kita
dengan kabut-kabut kotor ilusi.
Harari membahas sesuatu yang
menarik soal ini. Hanya karena Charles Darwin dan George Mendel kebetulan
adalah orang Kristen, bukan berarti biologi adalah milik agama Kristen. Hanya
karena Albert Einstein kebetulan adalah orang Yahudi—yang bahkan memberi
dukungan politik atas kebangkitan zionis—, bukan berarti Fisika adalah adalah
ciptaan Yahudi. Islam tidak dibicarakan Harari berkenaan soal ini. Barangkali
profesor botak itu kebingungan ketika mencari inovasi sains yang diterobos oleh
orang beragama Islam.
Kendati begitu masih banyak
ulama Islam yang konservatif yang mengangkat penemuan-penemuan ilmuwan Islam
kuno yang masih mereka banggakan sampai hari ini. Semisal matematika yang
diciptakan oleh Al-Jabbar, risalah sejarah Ibnu Khaldun yang menginspirasi para
sejarawan Barat, Ibnu Rusyd yang memengaruhi kehadiran sekularisme, Al-Kindi
yang mahsyur sebagai alkemis ulung, dan masih banyak lagi. Tapi, meniru
intonasi Harari, matematika, sejarah, sekularisme, alkemia, bukanlah ciptaan
Islam. Tidak ada matematika islam, sejarah islam, (apalagi) sekularisme islam,
dan alkemia islam. Dan kalau bisa kita tambahkan olok-olok lagi soal pemujaan
delusif ini, bolehlah kita kutip Bertrand Russel dari risalah Sejarah Filsafat
Barat-nya yang kondang: “Ilmuwan Islam tidak menciptakan apa-apa. Mereka hanya
ulung sebagai komentator.”
Tapi kita harus mahfum,
mengupas lapis demi lapis bawang kesadaran kita meskipun itu akan memancing
tetes-tetes airmata dari kelopak netra kita, bahwa dunia fisika tetap akan
berputar meski Yahudi bukan porosnya, bahwa biologi tetap akan berputar meski
Kristen bukan porosnya, dan seterusnya dan seterusnya.
Kita memang bukan apa-apa.
Kita hanyalah remah-remah kecil dari jalan setapak yang sunyi, yang coba kita
beri makna, yang coba kita beri nilai sebagai istimewa, yang sesungguhnya, bukanlah
apa-apa. Kita tidak spesial.

0 Komentar