Setiap kali Peter Thiel mewawancarai seorang yang melamar pekerjaan, ia dengan senang hati mengajukan pertanyaan begini: "Apa sebuah kebenaran yang penting bagi Kamu tapi jarang disepakati orang lain?"
Soal itu sulit dijawab meski terkesan enteng. Pertanyaan itu sulit dijawab secara intelektual karena pengetahuan yang diajarkan sekolah pada umumnya membuat kita berpikir seperti kebanyakan orang. Pertanyaan itu sulit dijawab secara psikologis karena siapa pun yang menjawab harus mengatakan suatu pendapat yang ia tahu tak populer. Pemikiran cemerlang itu langka, tapi orang yang berani jauh lebih langka daripada orang yang genius. Jawaban yang bagus dari pertanyaan itu mengambil bentuk begini: "Kebanyakan orang percaya kepada x, tetapi yang benar adalah kebalikan dari x."
Berani berpikir tak populer atau memetik kebenaran yang terbalik dari apa yang diyakini banyak orang, merupakan motor penggerak disrupsi. Inilah inti dari judul buku, zero to one, nol ke satu. Setiap momen disrupsi hanya terjadi satu kali. Penerus Bill gates tak akan membuat sistem operasi. Penerus Larry Page dan Sergey Brin tak akan membuat mesin pencari. Penerus Mark Zuckerberg tidak akan menciptakan jejaring sosial digital. Jika kamu meniru tokoh-tokoh itu, kamu tidak menarik pelajaran apa pun dari mereka.
Thiel berkata, "Tentu saja, meniru itu lebih mudah ketimbang membuat sesuatu yang baru. Mengerjakan sesuatu yang sudah kita ketahui caranya sama dengan membawa dunia dari 1 ke n, hanya menambahkan sesuatu ke hal yang memang sudah ada dan sudah biasa. Namun setiap kali kita menciptakan sesuatu yang baru, kita berangkat dari 0 ke 1, from zero to one. Proses penciptaan atau disrupsi adalah momen menghadirkan sesuatu yang segar dan tidak lazim.
Nasihat Thiel yang penting berbunyi begini: "Jika kamu ingin menciptakan dan mendapatkan nilai yang langgeng, jangan membangun sebuah bisnis dengan komoditas yang tak memiliki keunikan … dalam bisnis, diam berarti mati. Jika industri kamu sangat kompetitif, kematian bisnis kamu bukanlah masalah bagi dunia. Beberapa pesaing lain yang sama-sama tidak istimewa akan selalu siap menggantikan kamu."
Penekanan Thiel terhadap keunikan membuat saya teringat Purple Cow karya Seth Godin. Godin memberi cerita tentang seorang anak yang tumbuh di kota, dibawa bapaknya mudik ke pedesaan. Kali pertama melihat seekor sapi, anak tersebut sangat riang dan kegirangan melaporkan pada sang bapak kalau ia melihat seekor sapi. "Ayah, sapi ayah, coba lihat sapi itu!" Kali kedua melihat sapi, anak tersebut masih sama antusias. Kali ketiga melihat sapi, sang anak sudah tidak seantusias sebelumnya. Kali keempat dan kelima, anak tersebut sudah merasa biasa saja. Sampai akhirnya anak tersebut melihat sapi ungu. Bukan hanya sang anak yang kaget dan ribut menyaksikan sapi ungu, sang ayah pun terkejut penuh atusiasme seperti saat anaknya pertama kali lihat sapi.
Keunikan merupakan prinsip penting untuk mereka yang mau bergelut dengan dunia disrupsi. Dalam konteks buku ini, dunia start-up. Keunikan dan keberanian untuk memegang kebenaran yang tak banyak disepakati orang, merupakan pondasi dari kemajuan umat manusia saat-saat ini. Ketika kita berpikir tentang masa depan, kita mengharapkan kemajuan yang terdiri dari dua bentuk.
Kemajuan horizontal atau kemajuan ekstensif yang berarti meniru hal-hal yang jelas berhasil—pergi dari 1 ke x. Kemajuan horizontal mudah dibayangkan karena kita sudah tahu seperti apa kemajuan itu. Kemajuan vertikal atau kemajuan intensif berarti mengerjakan hal-hal baru—pergi dari 0 ke 1. Kemajuan vertikal lebih sulit dibayangkan karena mengharuskan kita mengerjakan sesuatu yang belum pernah dikerjakan orang lain. Apabila kamu mengambil sebuah mesin tik kemudian membuat 100 buah mesin tik yang sama, berarti kamu mencapai kemajuan horizontal.
Apabila kamu mempunyai sebuah mesin tik kemudian membuat mesin pengolah kata (word processor), berarti kamu meraih kemajuan vertikal.
Salah satu perusahaan yang berhasil mendorong kemajuan vertikal adalah Google. Perusahaan rintisan Sergey Brin dan Larry Page itu tampak sebagai mesin pencari. Sampai Mei 2014, perusahaan ktu menguasai sekitar 68% pasar pencarian. Pesaing terdekatnya Microsoft dan Yahoo!, masing-masing mempunyai 19% dan 10%. Jika itu tidak terkesan dominan, pertinbangkan fakta bahwa kata "google" sekarang telah menjadi kosa kata resmi dalam Oxford English Dictionary—sebagai sebuah kata kerja. Tidak usah menunggu itu terjadi pada Bing.
Google merupakan perusahaan yang berwajah ganda. Anggapan ini wajar, sebab selain mesin pencarinya, Google membuat puluhan produk perangkat lunak lain, masih ditambah mobil robotik, telepon android, dan peranti sandang (wearable computer). Namun 95% pendapatan Google berasal dari iklan mesin pencari. Iklan memang tidak hadir untuk membuat kamu langsung membeli sebuah produk; iklan hadir untuk menanamkan kesan-kesan tersamar yang akan mendorong penjualan di kemudian hari. Siapa pun yang tidak dapat mengakui pengaruh iklan dalam dirinya sendiri sama dengan terkecoh dua kali. Dalam Black Swan Nassim Taleb menyebut Google sebagai salah satu black swan positif; disrupsi tak terduga yang berkontribusi besar pada umat manusia. Dan itu aspek keunikan yang berawal dari 0 ke 1.
Menjadi pemain dalam dunia disrupsi memang tidak gampang. Model start-up atau bisnis yang menjadikan keunikan sebagai ujung tombak, merupakan bisnis yang risikonya tidak sedikit. Penuh dengan ketidakstabilan, ketidaktahuan, dan keacakan yang entropis. Kekuatan dari kemajuan vertikal memang, adalah keberanian melihat prospek jangka panjang jauh di masa depan. Thiel menulis "Jika kamu memusatkan perhatian pada pertumbuhan jangka pendek daripada jangka panjang, maka kamu melewatkan pertanyaan paling penting yang seharusnya kamu pertanyakan: 'Apakah bisnis ini masih akan ada sepuluh tahun dari sekarang?'" Nilai sebuah bisnis hari ini, kata Thiel, adalah jumlah seluruh uang yang akan dibuatnya di masa depan.
Salah satu yang mengesankan dari Thiel, adalah cara berpikirnya yang terbalik dari cara pikir kebanyakan orang. Sebagaimana rumus yang ia utarakan di awal:"Kebanyakan orang percaya kepada x, tetapi yang benar adalah kebalikan dari x." Ketika industri dot.com mengalami penurunan dari tahun 2000 sampai 2002, para pengusaha yang masih bertahan memetik empat pelajaran besar dari keruntuhan dot-com: buat kemajuan bertahap, tetap ramping dan fleksibel, tingkatkan persaingan, dan berfokus pada produk bukan penjualan.
Pelajaran-pelajaran tersebut telah menjadi dogma di dunia startup. Mereka yang dengan sengaja mengabaikan dogma tersebut dianggap mengundang kiamat seperti yang terjadi dengan keruntuhan dahsyat tahun 2000. Kendati demikian, prinsip-prinsip yang bertentangan dengan itu menurut Thiel barangkali lebih tepat: lebih baik mengambil risiko dengan berani daripada terjebak melakukan hal yang tak penting, rencana buruk lebih baik daripada tak ada rencana, pasar yang kompetitif menjauhkan kita dari laba, dan penjualan sama pentingnya dengan produk.
Pelajaran lain dari Thiel, adalah organisasi perusahaan. Untuk mengantisipasi sumbersumber ketidakselarasan yang muncul di sebuah perusahaan, ada baiknya membedakan tiga konsep berikut:
Kepemilikan (ownership): siapa yang secara legal memiliki perusahaan?
Kekuasaan (possesion):siapa yang sesungguhnya menjalankan perusahaan dari hari ke hari.
Pengawasan (control): siapa yang secara fornal membuat keputusan dalam urusan-urusan perusahaan.
Pelajaran menarik terakhir dari Thiel adalah soal kepemimpinan. Pemimpin yang besar dapat memanfaatkan karya terbaik dari setiap orang di perusahaan. Kupikir, ini kebijaksanaan yang universal, bahkan sampai ke luar dunia bisnis.
0 Komentar