Sorry! The Lifestyle you ordered os currently out of stock (2011) - Banksy


 

Ada tiga momen di mana orang salah menebak siapa saya. Pertama, ketika itu lagi hujan di jalan Suci. Saya dan Archam keluar membeli roti panggang di seberang jalan. Si penjual lalu bertanya, “buat majikannya ya, Mas?” Pertanyaan itu membuat saya tersinggung. Saya adalah majikan bagi diri sendiri. Tapi barangkali penjual itu mengira saya pembantu karena hanya memakai kaos oblong cokelat dan celana basket.

 

Kali lain ketika duduk di tempat jual mie kegemeran saya. Seorang mahasiswa datang dan mengira saya penjual mie. Kali ketiga di warung Babe samping indekos saya. Seorang mahasiswa datang dan membeli rokok, kepada saya. Saat itu memang saya memakai kaos oblong polos dan celana basket. Betapa orang sering tertipu mengira saya penjaja barang. Apakah pakaian yang saya gunakan memang mencirikan hal begitu? Bukankah saya terlalu tampan untuk dikira seorang penjual mie, pembantu, atau penjaga warung?

 

Duh, kalau saya punya ilmu hitam, pasti sudah saya teluh orang-orang salah kaprah itu.

 

Pakaian, bagi seorang psikolog bernama Robin Roseberg, adalah aspek komunikasi seseorang secara cepat. Kostum berfungsi sebagai petunjuk atas peran apa yang kita mainkan di dunia. Bagaimana kita berpakaian merupakan pesan dalam komunikasi tak terucap antara orang-orang yang lalu-lalang di antara kita. Dengan melihat pakaian apa yang kita kenakan, seseorang bisa tahu apakah kita lagi berpakaian dalam mode public atau privat.

 

Namun kostum juga membuat orang terjebak dalam kategorisasi sosial, disebut juga dengan Halo Effect. Kostum membuat orang lain menjustifikasi diri kita hanya dari sampulnya saja. Karena memakai jenis pakaian yang sering digunakan penjual mie, pembantu, dan penjaga warung, saya pun dikira berprofesi seperti itu. Padahal saya mahasiswa biasa yang tidak tahu menahu bagaimana mengerjakan hal-hal yang dikira dapat saya lakukan.

 

Gara-gara pakaian, kita kerap keliru menilai latar belakang seseorang. Lihatlah orang yang berpaian awut-awutan, dengan gampang kita anggap dia gembel. Seseorang di siang bolong memakai dasi dan tuksedo, dengan gampang kita cap mereka sebagai pengusaha atau pejabat. Dan lihatlah orang bertato, kemungkinan besar kita anggap mereka criminal atau orang jahat. Padahal hari ini, orang jahat adalah mereka yang biasanya bersetelan rapid an berdasi.

 

Terdapat kecenderungan bila kita melihat seseorang berpakaian yang tak kita kehendaki, maka kita akan merelasikannya dengan atribut negatif. Seperti orang bertato tadi misalnya. Ada kejadian di mana seorang perempuan yang jogging dengan celana pendek dihajar oleh orang kampong gara-gara dianggap tidak senonoh dan tak bermoral, seperti pelacur kata mereka.

 

Dengan pakaian atau kostum, kita bisa mengomunikasikan banyak hal menurut Robin Roseberg. Kita bisa mengekspresikan atau menyembunyikan bagian dari diri ktia sendiri, menunjukan peran apa yang tengah kita mainkan di tengah masyarakat, dan menstimuli penilaian singkat yang kita inginkan dari orang lain.

 

Barangkali karena itu saya suka memakai baju gres, seolah-olah alternative peran atau baju tersebut berhasil dengan baik mengekspresikan bagian diri saya yang ingin orang lain ketahui.