Stern, Austin_IMAGE1_All Wound Up_4_Resized_0



… And if you had been rude (in speech) and harsh in heart, they would have disbanded from about you. So pardon them and ask forgiveness for them and consult them in the matter…” (QS (3) verse: 159).

 

Setelah enam tahun tergolek di rak buku bersama debu dan sarang laba-laba, saya akhirnya mengambil Tsumma Ihtadaitu, sebuah catatan pengembaraan intelektual dan spiritual Muhammad At Tijani as Samȃwi dari Tunisia, Saudi, sampai Irak. Berkilometer jalan ia tempuh melacak jejak kebenaran di pelosok Arab. Buku itu segera saya baca ketika malam sebelumnya muncul dalam mimpi.

 

Satu ketika saat berziarah ke Baqi, Tijani melihat polisi menendang seorang tua renta ketika hendak sujud. Tendangan itu keras sekali sampai si tua tersungkur. Beberapa yang lewat malah mendukung tindakan polisi. Bagi mereka, salat di sekitar kuburan hukumnya haram. Tijani sontak mengajak debat polisi tersebut.

 

“Jika memang Rasul saw. melarangnya, kenapa jutaan jamaah haji dan peziarah tetap melaksanakannya dan terus melakukan perbuatan yang—katanya—haram itu? Mereka salat di sekitar pusara Nabi, Abu Bakar, dan Umar ketika berada di masjid Nabawi… Katakanlah jika memang itu haram, tapi apakah harus dengan cara kasar begitu melarangnya atau bisa dengan halus lembut?”

 

Tijawi lalu melanjutkan dengan kisah seorang Badui yang kencing di masjid di hadapan Nabi dan para sahabatnya tanpa malu sedikit pun. Ketika sahabat bergegas menghunuskan pedang ke leher si Baduy, Nabi mencegat kemudian bersabda, “Biarkan dia, dan jangan perlakukan dia dengan kasar. Siramlah air kencingnya dengan setimba air, karena kalian dibangkitkan untuk mempermudah bukan mempersulit urusan, untuk menyebarkan berita gembira dan bukan menyiarkan gelisah atau keengganan. Semua sahabat mematuhi. Lalu Nabi memanggil Badui itu dan mempersilakan duduk di sampingnya. Nabi justru menyambutnya dengan bijaksana dan bertutur halus lembut bahwa tempat ini adalah rumah Tuhan dan tak boleh dikotori najis. Hari-hari berikutnya Baduy itu datang ke masjid dengan pakaian suci bersih.

 

Kisah itu Tijawi pungkasi dengan sepotong surah Ali Imran (3) pasal 159: “Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.”