Black Hearth - Katherine Gray

 


Taleb merupakan trader yang kerap bergelut dengan situasi di mana situasi memiliki volatilitas yang tinggi. Lalu dia masuk ke dunia akademis, dan tidak ada kategori ternyata soal volatilitas ini. Dia lalu membuat pelbagai macam neologisme bahkan, hanya demi menawarkan gagasan bahwa lawan dari ketegapan (robust) bukanlah kerapuhan (fragile), melainkan anti-rapuh (antifragile). Sikap antirapuh adalah sikap yang kerap berupaya mencari keuntungan dari pelbagai kekacauan, asimetri, ketidakmungkinan, dan hal-hal negative lainnya yang menghantui kita. Contoh paling sederhana dari praktisi antirapuh adalah para wiraswasta.

 

Taleb memberi analogi untuk membantu memahami pokok gagasannya. Ia berkata bahwa para turis menghendaki stabilitas dan kepastian. Namun para petualang justru mencintai ketidakpastian dan keacakan. Dalam hidup, kita mesti berperan sebagai petualang alih-alih Cuma sekadar turis. Maka hidup akan menjadi seratus kali lipat lebih menyenangkan.

 

Ketidakpastian di sini artinya menerima stressor. Stressor itu bisa berarti kekacauan, entropi, atau ketidakpastian itu sendiri. Organisme, menurut evolusi, justru berkomunikasi dan bertumbuh berkembang dengan lingkungan via stressor bukan via kestabilan.

 

Kita semua oleh Taleb, harus terekspos oleh stressor. Tanpa terekspos oleh stressor, kita akan tumbuh sebagai anak yang lebah. Dan ini adalah masalah bagi masyarakat kita yang terobsesi untuk mengeliminasi stressor. Stressor memang akan tampak dua kali lipat lebih mengerikan daripada yang sebenarnya. Di sinilah Taleb berkata, bahwa alih-alih menerima stressor seratus persen, kita justru lebih baik mem-breackdown stressor besar menjadi stressor kecil. Semisal soal gym. Dibanding mengangkat 50kg barbell dalam sekali angkat lebih baik kita mengangkat 1kg barbell 50 kali. Setelah itu kita menaikkan level stressor menjadi 2kg sebanyak 25 kali, 5kg sebanyak 10 kali, 25kg sebanyak 2 kali, sampai akhirnya kita bisa mengangkat 50kg sekali.

 

Ketika bicara soal stressor, Daniel Kahneeman menyanggah, bahwa evolusi justru menyatakan bahwa kita berevolusi demi menghindari stressor. Dalam menjawabnya, Taleb mengingatkan kembali buku berjudul Randomness, dan berkata bahwa keacakan memang buruk sebagaimana buruknya stressor. Tapi yang perlu kita ingat dari stressor, adalah skalabilitasnya. Stressor besar memang buruk (mengangkat 50kg barbell sekali angkat) tapi stressor kecil bisa menguntungkan (mengangkat 1kg barbell 50 kali). Konsep anti-fragile dan Black Swan adalah tentang membuat kerugian kecil dan keuntungan besar. Dalam soal ini, Taleb lantas merevisi trial & error, bahwa yang lebih tepat adalah trial & small error.

 

Dalam diskusinya dengan Daniel Kahneeman, Danny berkata bahwa Taleb seperti orang yang berlari melawan arus berpikir kebanyakan. Sebab orang-orang pada umumnya menolak ketidakpastian seraya mengharapkan hidup penuh stabilitas. Meskipun dijawab Taleb, bahwa yang ia sukai bukan ketidakpastian, tapi ketidapastian moderat.

 

Taleb sendiri berkata bahwa orang-orang yang selalu pengin memprediksi masa depan adalah orang yang berlaku arogansi. Probabilitas justru memainkan peran minor untuk masa depan. Di sini saya teringat Derrida yang membagi dua jenis definisi yakni future dan l’avenir. Yang pertama adalah jenis masa depan yang kita kira stabil, dan yang kedua adalah jenis masa depan yang penuh keacakan. Taleb mengafirmasi yang kedua, dan menyebut orang yang percaya hal pertama adalah orang-orang arogan.

 

Lantas bagaimana cara mengukur kerapuhan? Kata Taleb, adalah dengan mengukur akselarasi kerugian. “Jika saya menabrak dengan kecepatan 50 km/jam saya akan terluka. Tapi bila saya menabrak sebanyak 50 kali dengan kecepatan 1 mil kerugiannya akan sangat minimal,” demikian ujar Taleb. Dalam konteks itu, akselarasi adalah kecepatan. Semakin tinggi kecepatan, semakin rapuh sang subjek.