Cascade - Katherine Gray

 


Gerimis di luar semakin tipis. Kau ingin keluar melihat-lihat dunia di sekitar tempatmu tinggal. Kau urung meminjam motor dari kawan, pikirmu, keluar dengan memikul payung sepertinya bisa menjadi pengalaman menarik. Kau ingin melihat seseorang berjalan dengan payung, dank au ingin kau terlihat seperti itu. Kita memang ingin tampak seperti seseorang yang ingin kita lihat keberadaannya.

 

Yogyakarta basah sebasahnya. Angin kadang melawan arah ke mana kaki melangkah sampai payung pun ikut tertiup sehingga perlu energi ekstra untuk menahannya tidak ikut terbang. Kau menahan payung dengan perasaan dan keinginan yang sama untuk menahan bara dalam dadamu yang tak mau kamu lepas.

 

Jalanan terlalu licin dan basah sehingga dapat dengan mudah memantulkan dirimu yang menggenggam payung. Wajahmu buram oleh warna hitam trotoar. Tapi dari pantulan itu, kau melihat angkasa yang lapang dan merdeka meski masih berwarna kelabu. Sedikit dalam dirimu bersuara: apakah langit merasa dirinya Narcissus ketika menatap dirinya sendiri terpantul oleh laut, yang meliputi tujuh puluh persen planet ini?

 

Sudut-sudut Yogyakarta telah berkali-kali melihat manusia di dalamnya menjadikan mereka sebagai cermin kenangan masing-masing. Sudut-sudut Yogyakarta sudah hapal betul tatapan mata orang-orang semacam ini: mata yang menatap ke arah depan, terkadang memaku mata di satu landmark sembari menggali-gali ingatan di balik mata mereka.