Suatu ketika, saya mimpi membaca dua buku: Sejarah Filsafat Barat dan Anjing Gunung. Buku pertama sudah pernah saya baca, buku kedua belum pernah, tapi pernah saya idam-idamkan ada di rak buku pribadi. Saya yang pernah membaca buku bagus sekali gara-gara direkomendasikan mimpi sendiri, atas dasar itu saya mencari-cari dua buku yang saya mimpikan ini.

 

Salah satunya, Anjing Gunung, saya dapati di aplikasi Ipusnas. Dengan penantian panjang antrean, akhirnya giliranku tiba. Puisi-puisinya magis, membawa saya ke montase tentang hutan dan kesegalaan yang jauh dari urban, eksotik, dan purwa. Ini salah satu buku kegemaranku tahun 2022.

 

Dalam Anjing Gunung, ada beberapa puisi yang paling saya suka. Di bawah ini saya sertakan:

 

Planetarium

 

di ruangan ini

layar besar, langit berkubah

yang jauh mendekat

 

kusaksikan bintang murung

sebelum angkasa buta

ia yang membiarkan matanya dikilau matahari

sihir menghukumnya

 

aku tahu tak ada pemburu

meski kau menggantung

dengan jurang di mataku

 

sementara maut,

helium

menyembunyikan nova

dari gelap dan kejam gerhana

10.000 mil kecepatan cahaya

 

setelah bintang murung

setelah kesedihan tumpah

hanya ada lubang hitam

paling gelap, paling dalam

 

kau tak melihatku,

tapi aku melihatmu

 

2013

 

 

 

Anjing Gunung

 

tukang masak

dari balik bukit

mengenal tanda itu

ngilu waktu pada lengkingmu

 

dari sunyi senyap

pagi dingin

sebelum matahari

 

tubuh gemetar

yang putih jernih

seperti zaitun

basah oleh kabut

 

ke dalam hutan

dimandikan cahaya

pohon, tebing tinggi,

kesedihan

 

jika sungai telah mati

dan gembala tak ada

jangan mengeluh

duduklah di dekatku

 

di bukit ini

menjaga yang pernah ada

dan kini tak ada

 

2013

 

 

 

Dingin

 

sebab terpisah dari api

mangsi jatuh

di hitam mata

 

sebab dipiuh sakal

gemetar roda

tergelincir karat

 

dari tebing

malam meruntuh

kelabu demi kelabu

 

seperti, salju, seperti

 

kesedihan berlapis-lapis

 

2018

 

 

 

Angin dari Gunung

 

ke rambutmu

angin menyeberang

dari gunung

 

dan lepaslah gelungan

 

belukar, jalan setapak

membuat tarian

nyanyian iba

 

dipilukan perasaan

dan kepahitan tak tertahan

 

lalu angin meniup geraian

meniup tubuhmu

jauh,                                       ke kejauhan

 

2013

 

 

 

Pemburu

 

bukan gelap yang membawamu menujuku

ujung mataku, pengintai hewan bertanduk

bisik malaikat, membidik ke balik telinga

 

semut-semut pergi

di aur rimbun bersembunyi

tapi ia bukan petanda

kepada kekunanglah aku berguru

menyemak terang hingga aku

tak lagi takut pada lembah hantu

 

sebab malam adalah lapar

menjejak seperti kaki menjangan

bergetar dan gemetar

di huta belia

 

kurawat moncong senapan

kurawat luka duri kering

 

aku akan melumpuhkanmu

dengan pepat kedipan

lewat cahaya yang dimainkan

dalam sebuah sepi

 

dari sinar lampu senter

 

2018

 

 

 

Mendatangi Hutan

 

pada mulanya mata kelinci

menyilaukan getah pinus

lalu yang tersembunyi

menjadi awas

 

seperti sekawan pemburu

menyeberangi lahan gambut

dalam peta tanpa skala

 

jarak pandang

sebatas mana gelap mana terang

 

tapi anjing gembala

kerap melihat

buah terlarang dalam hutan

 

mulanya kisah cinta pertama

lalu manusia

menjadi tak waspada

 

matahari kehilangan lelatu

langit disanggah ranting kayu

 

sepasang kekupu tersingkap

tubuh terhapus peradaban

 

apa yang lebih rahasia dari hutan?

 

sekawan pemburu bersahutan

seekor ular merayap ke pedalaman

lelaki-perempuan berpisah arah

mencari nama tuhannya

 

dunia, menjadi gaib

 

di garis edar burung-burung

 

2017

 

 

 

Gema Lonceng

 

doa yang melintas

dari tepi magrib

di bunyi lengking

dingin bersijingkat

 

bayang-bayang pohon

memanjang

ketika lonceng di leher kerbau

tak henti berdenting

 

dan gema

di antara sunyi

selalu tiba di sini

 

di lengang setapak

jatuh hening

 

ke dalam jurang

 

2013

 

 

 

Cilinaya

 

hanya pada siasat

panji yang berangkat ke pawang bening

terburu memburu

hati menjangan putih

 

betapa hanya pada siasat

mata cincin gugur dalam senyap

dan para pengintai berkata

“maut itu, dende, datang dari balik daun ketapang”

 

ia tahu, tak ada darah seharum sesajen

melainkan yang mengalir dari ulu hatinya

yang mendadak terbelah

 

2013

 

 

 

Gendang

 

setelah tarian

burung terbang

masuki hutan

 

sebuah rumah pohon

menyimpan kambium

dalam suhu buku

 

dan seorang lelaki

menceburkan diri ke sumber bunyi

semencekam gemuruh

 

siklus hidup

memainkan kesedihan

dengan sukacita

 

waktu surup

mataram

menanamkan gelap

 

di tangan lelaki itu

dunia menyesat dalam suara tabuh

suara paling sunyi

 

meriuh

di tengah cakrawala

 

2017

 

 

 

Penembang

 

di tutur, sepagut kisah

di tubir, sebait lagu

 

kecuali tembang, segalanya jadi bisu

himne masa tua dari masa lalu

suara-suara, di luar burung berkicau

sesenyap kepak sayap kupu-kupu

 

jalin-menjalin

seperti lintingan tembakau

nada sumbang terbantun

ke lingsir waktu

 

senantiasa menghafal

syair yang dinyanyikan berulang

cerita-cerita dari kitab yang hilang

 

selantun itu

di manakah sumbernya?

 

tujuh nada ditiupkan

dari bibir, kebahagiaan memanjat

tergelincir kemudian

 

2017

 

 

Sehabis Berenang

 

ia kedinginan

di bawah langit kirmizi

jemari yang mengerut ketika laut menerjang

seperti gelung bergelung

 

alun yang mengangkatnya dari belenggu

ketel logam dan juru masak

menyeru-nyeru

 

tak ada penghangat di depan tungku

melainkan harum sup

            sukacita

yang dicelupkan ke dalamnya

 

2016

 

 

 

Hikayat Orang Gunung

 

 

 

tebing licin

seperti krewang dengan glasir terang

adalah benteng semenanjung

 

di selasar

nyala biji jarak

menerakan lajur

ke bekas istana

yang dulu terbakar

 

tempat said idrus melihat

dari balik bukit, seekor anjing

berjalan ke depan langgar

sebelum tiga rentang api

menghanguskan lereng

 

semisal aliran memencar

ke lahar

pendar sinar

jadi batu, jadi situs

membuat jagat

jadi tua, jadi hikayat

dalam syair lukman

 

arkeologi untuk pelancong

kampung di pedalaman

seluas padang sabana

 

tapi tanah bukan dataran

melainkan singkapan

batu pasir

sebagaimana abu

bau nitrat terbawa

udara panjang

dari kapal Bonaparte

 

berlayar dalam jalur dagang

bersama kain dan kapas

hutan tropis dan matahari

debu-debu beterbangan

harum biji kopi di perkebunan

 

ke mana arah sulawesi?

nelayan datang untuk membebaskan

kemenangan yang fiktif

 

siapa kelak menguasai pulau?

sejarah itu sisa letusan

tanda hitam pada selat mati

 

barangkali di sori sumba

abdul gafur yang mengejar maut

menyulap nasib jadi takdir

 

hidup hanya menunggu ajal

juga kekalahan

 

rasi bintang keruh

retakan ceruk

 

apa yang dirawikan

pada akhir yang tak lazim

 

sesuatu yang dituliskan

dalam kitab orang gunung

setebal 400 tahun

mencari kata yang tepat

untuk melafalkan kehancuran

 

2017

 

 

 

Sehabis Penyembelihan

 

dua penyembelih

di sisa peluh

dua kurban

dari satu di antara

 

ajal yang tiba

dan dendam yang tak mati

di warna kelam besi tua

 

seseorang terbujuk dan goyah itu berbisik

“sungguh, akan ada yang terbunuh,” ucapnya

 

tak ada yang bergerak

hanya nasib, musnah jadi remah

dan diri yang celaka

 

tubuh adalah daging tipis

sejarah lusuh yang dibaca

dalam rumah ibadah

 

tapi tak ada doa di perkabungan

ia ceritakan

seekor gagak diutus untuk menggali kubur

di tempat terbuka, dengan pohon-pohon lapuk

 

2017