Kesepian membuat semua
mangsanya selalu merasa dalam mode kelahi atau lari. Membuat upaya bertahan
hidup menjadi lebih sulit.
Kesepian berkontribusi
pada peningkatan 32% stroke dan 29% serangan kardia. Mereka yang kesepian, tak
ada beda dengan orang yang mengkonsumsi rokok 15 batang sehari. Mangsa kesepian
berada dalam situasi lebih berbahaya daripada pecandu alkohol. Kesepian,
merupakan predator yang lebih mematikan ketimbang obesitas.
Masalah terbesarnya:
mayoritas kita lebih gemar menyangkal kalau kita kesepian.
Kesepian, oleh Karen
Dolva, adalah pandemic psikologis yang tak pandang bulu. Tak peduli berapa
usiamu, apa gendermu, apa etnismu, dari negara mana kau berasal: ia akan dengan
senang hati menjangkitimu.
Fakta lain, kesepian
meningkatkan risiko demensia sebanyak 2 kali lipat. Dan 66% uang yang
digelontorkan untuk penanganan kesehatan mental, digelontorkan untuk para
penderita demensia.
Di Norwegia sendiri,
rumah Karen Dolva, presentase perokok aktif adalah 12% sedangkan pengidap
kesepian sebanyak 16%. Banyak negara mengambil kebijakan pajak tinggi untuk
para perokok (bahkan ada yang melarang peredaran rokok), tapi sedikit negara
yang mengambil sikap di hadapan pandemi psikologis bernama kesepian.
Kesepian adalah bibit
dan akar depresi. Di sisi lain, kesepian membuat kita membentengi diri dari
orang lain. Dan ini sisi berbahayanya, ia membuat kita melawan kodrat utama
manusia sebagai binatang sosial; ia membuat kita abai dengan kodrat bahwa kita
butuh bersandar pada orang lain dan orang lain butuh bersandar kepada kita.
Pada akhirnya, Karen
Dolva meminta siapapun kamu, untuk menelepon orang yang kau kenal dengan baik.
Habiskan waktu bersama dengannya, kendati itu waktu-waktu yang menjemukan. Lalu
biarkan ia menjadi bagian darimu. Kau ada untuknya, dan ia ada untumu. Hanya
itu.
@tyologi
0 Komentar